Wednesday, October 5, 2011

Suami Bisanya “Ngerjain”


SUAMI ternyata Haris, 27 (bukan nama sebenarnya), hanya rajin “ngerjain” bukan rajin kerja. Buktinya, gara-gara tak dapat jatah dari istrinya, dia nekad “ngerjain” anak tirinya berkali-kali. Tentu saja Ny. Wawik, 37(bukan nama sebenarnya), sebagai istrinya tidak terima, sehingga aksi mesum suami ini dilaporkan ke Polres Jombang (Jatim).

Suami adalah kepala keluarga, sehingga dia harus bertanggungjawab pada anggota keluarganya yang terdiri dari istri dan anak-anaknya. Bukan saja memberi pangan, papan dan sandang, tapi juga pengayoman dan pendidikan. Tanpa bisa memenuhi lima unsur ini, dia akan menjadi suami yang aji godang jati aking (lebih berharga daun jati). Meski kapasitasnya seorang suami, dia tak lebih hanya menjadi pemacek (pejantan) saja.

Agaknya Haris termasuk lelaki yang berkategori itu. Beberapa tahun jadi suami Wawik, kerjanya hanya petentang-petenteng doang, tanpa penghasilan yang jelas. Untung saja istrinya termasuk wanita ulet. Dia punya penghasilan sendiri, sebagai pedagang pasar. Dus karena itu, sekian lama jadi suaminya, Haris tak lebih jadi pejantan saja, memberi nafkah batin pada istrinya. Kalaupun punya penghasilan, dia hanya memberi uang Rp 50.000,- dalam seminggu. Makan apa keluarga dinafkahi Rp 200.000,- sebulan?

Awalnya yang seneng memang Ny. Wawik, sehingga untuk sementara dia bisa memaklumi kondisi suami. Tapi karena sekian tahun tak punya penghasilan jelas, bahkan cenderung mengandalkan istrinya, lama-lama Ny. Wawik jadi bosen. Kebosanan itu ditunjukkan dengan cara, jarang memberi “jatah” pada suami. Jika sebelumnya bisa seminggu 2-3 kali, kini paling-paling dijatah sebulan sekali. Dan itu pun pakai semboyan Jusuf Kalla: lebih cepat lebih baik!

Gara-gara itu Haris sering jadi nganggur di segala lini. Nganggur dari pekerjaan, juga nganggur dari “ngerjain” istri tercinta. Bayangkan, seperti Hari Radio 11 September hari ini, dia juga tak “mengudara” sama sekali. Jika seorang sarjana, bisa disebut Haris ini penganggur intelek. Tapi karena dia memang hanya lulusan SMA Kelas Jauh, namanya mungkin penganggur kayak telek (kotoran ayam).

Sebagai lelaki normal, masih muda nan enerjik pula, tentu saja tak bisa berlama-lama dalam statusquo. Mulailah dia cari terobosan. Di kala istri pergi ke pasar, dia mulai mendekati anak tirinya, Mindul, 17. Dijanjikan ini itu, mau dibelikan itu dan ini, ujung-ujungnya Haris mengajak anak bawaan istri tersebut berhubungan intim bak suami istri. Awalnya si Mindul kaget juga, karena dia juga belum tahu apa makna hubungan suami istri itu. Di sekolahnya selama ini, yang diketahui baru hubungan arus pendek pada Ilmu Fisika.

Tapi dengan telaten Haris memberikan “bimbingan” kilat. Karena ini memang bagian dari naluri manusia, dengan cepat Mindul bisa menangkap. Akhirnya, bila sebelumnya masih ogah, kini ibarat makakanan malah “njaluk tunggale” alias minta nambah melulu. Dan selanjutnya, meski “diembargo” oleh Wawik istrinya, Haris tenang-tenang saja. Prinsipnya: tak ada rotan, akar pun berguna, tak ada istri, anak tiripun nggak papa!

Sekali waktu, aksi mesum ayah tiri dan anak tiri itu kepergok oleh Ny. Wawik. Wah, bisa ditebak apa efeknya. Pedagang pasar itu marah besar, sehingga skandal dalam keluarga itu dilaporkan ke Polres Jombang. Maka kepala rumahtangga celamitan dari Desa Karangdagangan, Kecamatan Bandar Kedungmulyo, ditangkap. Dalam pemeriksaan Haris mengakui bahwa perbuatan itu dilakukan tanpa tekanan, semuanya atas dasar senang sama senang.

No comments:

Post a Comment